Minggu, 16 Agustus 2009

ADMIRAL ZHENG HE







Majalah National Geographic edisi July 2005 menampilkan Zheng He alias Cheng Ho ( seribu perairan ) sebagai cover storynya. Meskipun agak pendek tapi ceritanya cukup luas, seperti diceritakan bahwa ekspedisi beliau mencapai pantai Afrika (dari sana beliau juga mengirim orang kepercayaannya ke Mekah). Ekspedisinya merupakan seri terdiri dari 7 ekspedisi besar (yang pertama saja berupa armada 317 kapal dan 27870 orang) yang merupakan program jangka (sangat) panjang kedepan, yang ternyata berpengaruh besar terhadap hubungan internasional hingga kini. 

Ekspedisi ini menurut cerita itu merupakan hasil pemikiran jauh kedepan dari Kaisar Zhu Di. Namun sayangnya setelah tujuh ekspedisi, proyek ini dihentikan tiba-tiba oleh penggantinya Kaisar Zhu Gaozhi yang tak lain adalah puteranya sendiri. Pengganti Zhu Gaozi, Kaisar Zhu Zhanji juga meneruskan larangan ekspedisi, membuat China kembali ke politik isolasinya yang bertahan hingga zaman modern. Dan menariknya disini (paling tidak buat saya) adalah bahwa ekspedisi Cheng Ho ini bernafaskan damai meskipun dengan kekuatan yang begitu besar. Berbeda dengan ekspedisi-ekspedisi dari Eropah penerusnya (yang jauh lebih kecil) yang penuh dengan kekerasan dan pemaksaan (yang nota bene menurut ahli sejarah mengisi kekosongan yang ditinggalkan ekspedisi Cheng Ho yang di hentikan tiba-tiba). 

Cheng Ho membawa penterjemah, diplomat, astronom, penulis, sastrawan dll, bahkan diceritakan disetiap ekspedisi Cheng Ho membawa pulang dengan penuh kehormatan (mengundang) diplomat-diplomat dari negara-negara yang dikunjunginya ke China (dari situ saya jadi tahu bahwa Ming artinya Cerah dan mencerahkan). Ceritanya juga cukup dalam dan detail dimana digambarkan armada Cheng Ho sempat menghajar kelompok bajak laut yang paling ditakuti di selat Malaka Chen Zuyi asal Kanton (menariknya Zuyi ini berpangkalan di Palembang saat itu). Digambarkan juga para pelaut Cheng Ho terheran-heran ketika di pulau Jawa melihat burung burung Kakatua, Nuri dan Beo yang bisa bicara. 


Tetapi diceritakan juga mereka kaget melihat kelakuan orang-orang kita yang punya kebiasaan selalu membawa bawa pisau pendek (badik/keris) kemana-mana dan siap menikam orang lain hanya karena hal-hal sepele (sepertinya sampai sekarang masih banyak ya). Semua perjalanannya didokumentasikan. Banyak yang sudah hancur tapi banyak juga yang masih bisa dipelajari hingga sekarang.


Saptono
lukisan Armada Cheng Ho courtesy Majalah National Geographic

Tidak ada komentar:

Posting Komentar